Kuda Lumping
Kuda lumping, bisa juga disebut jaran kepang atau jathilan adalah tarian tradisional Jawa yang menampilkan sekelompok prajurit yang menunggangi kuda dan berasal dari Ponorogo. Tarian ini didampingi oleh alat yang terbuat dari bambu atau bahan lainnya dan dianyam atau dipotong menyerupai bentuk kuda dan dihiasi oleh plastik atau rambut tiruan yang digelung atau dikepang. Alat berbentuk kuda ini biasanya diwarnai dengan corak atau motif yang beraneka warna. Tarian kuda lumping bervariasi dari menampilkan tarian biasa, tarian kesurupan, kekebalan, kekuatan magis, seperti atraksi memakan beling, dan kekebalan tubuh terhadap benda tajam.
Meskipun asal usul tarian kuda lumping tidak terlalu jelas, namun tarian ini merefleksikan nilai heroisme dan patriotisme yang menggambarkan aspek kemiliteran sebuah pasukan berkuda atau kavaleri. Seringkali dalam pertunjukan tari kuda lumping, juga menampilkan atraksi yang mempertontonkan kekuatan supranatural berbau magis, seperti atraksi mengunyah kaca, menyayat lengan dengan golok, membakar diri, berjalan di atas pecahan kaca, dan lain-lain. Mungkin, atraksi ini merefleksikan kekuatan supranatural yang pada zaman dahulu berkembang di lingkungan Kerajaan Jawa, dan merupakan aspek non militer yang dipergunakan untuk melawan pasukan Belanda.
Pagelaran tari
Tari kuda lumping menghadirkan 4 fragmen dalam pagelarannya, yaitu 2 kali tari Buto Lawas, tari Senterewe dan tari Begon Putri.
Pada Buto Lawas, biasanya ditarikan oleh pemuda-pemuda saja dan terdiri dari 4 sampai 6 orang penari. Beberapa penari muda menunggangi kuda dari anyaman bambu dan menari mengikuti irama musik. Pada bagian inilah para penari Buto Lawas biasanya mengalami kesurupan atau kerasukan roh halus. Para penonton yang menyaksikan atraksi ini biasanya juga tidak luput dari peristiwa kesurupan ini dan kadang kala bisa ikut menari dengan para penari. Dalam keadaan kerasukan, mereka terus menari dan terlihat enerjik dan kompak dengan penari lainnya.
Untuk memulihkan kesadaran para penari dan penonton yang kesurupan, biasanya tersedia warok yaitu orang yang memiliki kemampuan supranatural yang kehadirannya dapat dikenali melalui baju serba hitam bergaris merah dengan kumis tebal. Para warok ini akan memberikan penawar hingga kesadaran para penari maupun penonton kembali pulih.
Pada fragmen selanjutnya, penari pria dan wanita bergabung membawakan tari senterewe.
Pada fragmen terakhir, dengan gerakan-gerakan yang lebih santai, enam orang wanita membawakan tari Begon Putri, yang merupakan tarian penutup dari seluruh rangkaian atraksi tari kuda lumping.