Platonisme
Platonisme, sebagai kata benda khusus, adalah filsafat Plato atau nama dari sistem-sistem filsafat yang dianggap sebagai turunan langsung dari filsafat Plato. Dalam lingkup makna yang lebih sempit, platonisme, sebagai kata benda umum (dengan huruf “p” kecil), adalah sebutan bagi filsafat yang mengakui keberadaan objek-objek abstrak. Objek-objek mujarad ini diyakini “wujud” di suatu “alam ketiga”. Alam ketiga berbeda dari alam lahiriah yang dapat diindrai maupun alam batiniah yang dapat diinsyafi. Dengan demikian, platonisme (dengan huruf “p” kecil) adalah kebalikan dari nominalisme (dengan dengan huruf “n” kecil). Kaum “platonis” dengan huruf “p” kecil tidak harus menerima ajaran-ajaran Plato.
Baca tentang Psikokinesis disini
Dalam makna sempit, istilah ini dapat merujuk pada ajaran Realisme Platonik. Konsep utama Platonisme, pembeda hakiki dari Teori Wujud, adalah pembedaan antara realitas yang tercerap tetapi tak terpahami, dan realitas yang tak tercerap tetapi terpahami. Wujud-wujud lazimnya dipaparkan dalam dialog-dialog seperti Faidon, Simposion, dan Politeia sebagai arketipe-arketipe sempurna dan transenden, yang padanya objek-objek alam kehidupan sehari-hari hanya sekadar tiruannya yang tak sempurna.
Baca juga tentang Manfaat Obat Batuk Erdosteine
Dalam Politeia, wujud tertinggi dipahami sebagai Wujud Kebajikan, sumber dari segala wujud lainnya, yang dapat diketahui dengan akal budi. Dalam Sofistes, salah satu karya tulis terkemudian, wujud-wujud keadaan, kesamaan dan perbedaan termasuk di antara “Ragam-Ragam Besar” primordial. Pada abad ke-3 SM, Arkesilaos mengadopsi skeptisisme, yang menjadi dalil utama mazhab Platonisme sampai pada 90 SM, manakala Antiokhos menambahkan unsur-unsur Stoik, menolak skeptisisme, dan mengawali era baru yang dikenal sebagai Platonisme pertengahan.
Pada abad ke-3 M, Plotinos menambahkan unsur-unsur mistik, membentuk Neoplatonisme, yang di dalamnya keberadaan tertinggi adalah Yang Maha Esa atau Yang Maha Baik, sumber segala sesuatu; dalam kebajikan dan meditasi, jiwa berkuasa mengangkat dirinya sendiri untuk mencapai kemanunggalan dengan Yang Maha Esa. Platonisme berdampak besar atas pemikiran dunia Barat, dan banyak gagasan Platonik diadopsi oleh gereja Kristen yang memaknai wujud-wujud Plato sebagai pikiran-pikiran Allah, sementara Neoplatonisme berdampak besar atas Mistisisme Kristen di dunia Barat melalui Santo Agustinus, Doktor Gereja Katolik. Karya-karya tulis Agustinus mengenai ajaran Kristen sangat dipengaruhi gagasan-gagasan dalam Enneades karya Plotinos, dan karya-karya tulis itu kelak menjadi landasan seluruh pemikiran Kekristenan Barat.
Baca tentang hal supernatural klik disini!!